Home / Sosial Budaya / Hidup Bahagia di Usia Senja: 10 Pelajaran Hidup dari Dr. Hideki Wada

Hidup Bahagia di Usia Senja: 10 Pelajaran Hidup dari Dr. Hideki Wada

Kalabahi, Alor News — Siapa bilang menua berarti berhenti menikmati hidup? Dr. Hideki Wada, psikiater ternama asal Jepang, justru melihat usia senja sebagai masa paling berharga untuk menikmati kebebasan dan ketenangan batin.

Dalam bukunya yang sedang viral berjudul “Tembok Berusia 80 Tahun,” Wada membagikan 44 pesan bijak yang mengubah cara pandang banyak orang terhadap penuaan.

Sejak terbit awal tahun 2025, buku ini telah terjual lebih dari 500 ribu eksemplar di Jepang dan diprediksi menembus 1 juta kopi di akhir tahun. Tidak heran jika media Jepang menyebutnya sebagai “buku paling menenangkan bagi para lansia.”

Filosofi Menjadi Lansia Bahagia

Wada menyebut usia 80 tahun sebagai “lucky age” — masa di mana seseorang sudah tidak perlu terburu-buru membuktikan apa pun.
Ia menulis dengan gaya sederhana dan hangat: bukan teori medis kaku, melainkan nasihat kehidupan sehari-hari yang bisa membuat siapa saja tersenyum.

Beberapa pesannya terasa begitu manusiawi:

“Tidak apa-apa malas kalau memang lelah.”
“Kalau tidak bisa tidur, jangan dipaksakan.”
“Sendiri bukan berarti kesepian — kadang itu waktu untuk menikmati hidup.”

Menurut Wada, penuaan bukanlah kemunduran, melainkan fase menerima hidup apa adanya. Ia mengajak kita berdamai dengan tubuh, berhenti terlalu keras mengejar kesempurnaan kesehatan, dan mulai fokus pada hal-hal yang membuat hati damai.

Hidup Sederhana, Hati Lapang

Dr. Hideki Wada mengingatkan bahwa kebahagiaan sejati di usia lanjut tidak datang dari harta atau kesempurnaan tubuh, tetapi dari pola hidup yang sederhana dan penuh rasa syukur.
Berikut 10 pesan sederhana dari bukunya yang bisa kita praktikkan setiap hari:

  1. Berjalanlah setiap hari, walau pelan. Gerakan kecil menjaga tubuh dan pikiran tetap hidup.
  2. Banyaklah mengunyah makanan. Proses makan perlahan menyehatkan otak dan pencernaan.
  3. Jangan malu memakai alat bantu. Tongkat, kursi roda, atau popok bukan kelemahan—itu bentuk kebebasan.
  4. Berjemurlah di bawah matahari. Sinar pagi bukan hanya sehat, tapi juga menenangkan hati.
  5. Tidurlah secukupnya. Jika sulit tidur, jangan dipaksakan—biarkan tubuh beristirahat dengan caranya sendiri.
  6. Jauhi orang yang membuatmu tidak nyaman. Lingkungan yang tenang lebih berharga dari banyak teman.
  7. Makanlah makanan yang kamu suka, asal tidak berlebihan. Sedikit gemuk di usia tua bukan masalah.
  8. Berhentilah mengejar kesempurnaan. Tekanan darah atau gula yang “tidak ideal” bukan berarti hidup gagal.
  9. Senyumlah sesering mungkin. Senyum mengaktifkan hormon bahagia yang membuat hati lebih ringan.
  10. Nikmati hari ini. Tidak perlu menunggu hari istimewa—setiap pagi yang baru sudah merupakan hadiah.

Pesan untuk Lansia dan Keluarga Muda

Pesan Dr. Wada tak hanya penting bagi para lansia, tapi juga bagi anak dan cucu mereka. Belajar memahami bahwa orang tua tidak perlu “sempurna” — cukup bahagia dan damai dengan kehidupannya — adalah bentuk kasih sayang terbaik yang bisa diberikan keluarga.

“Kalau berhenti belajar, kita cepat menua,” tulis Wada.
Kalimat sederhana ini mengingatkan kita bahwa semangat belajar dan rasa ingin tahu tak mengenal usia.

Penutup

“Tembok Berusia 80 Tahun” bukan sekadar buku kesehatan, tetapi panduan hidup penuh makna. Ia menegaskan bahwa menjadi tua bukanlah akhir, melainkan awal dari kebijaksanaan dan kedamaian.

Dr. Wada menulis dengan hati, dan mungkin itulah sebabnya pesannya menembus lintas generasi — dari Tokyo hingga ke Alor.

Penulis: Redaksi Alor News | Foto: Orbit Indonesia | Desain: Alor News
Sumber: Buku The 80-Year-Old Wall karya Dr. Hideki Wada, Orbit Indonesia, dan Deemag Clinic Japan.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *